Suatu pemahaman dari dasar biologis fungsi oklusal mengharuskan bahwa gigi-gigi, sendi temporomandibular (TMJ), dan otor-otot mastikasi dipertimbangkan sebagai suatu unit fungsional (Gambar 56-1). Struktur ini berkembang bersama-sama selama embryogenesis dan pertumbuhan postnatal, dan gangguan terhadap satu komponen dalam sistem yang akan diperkirakan mempengaruhi salah satu perubahan adaptif atau patologis komponen lain. Dengan demikian klinisi harus mengakui bahwa hal ini tidak tepat untuk mempertimbangkan komponen lain dalam isolasi; malahan, semua komponen dari sistem an interaksi fungsionalnya harus termasuk sebagai bagian dari segala evaluasi.
DASAR BIOLOGIS DARI FUNGSI OKLUSAL
Hubungan oklusal ideal digambarkan dalam diagram buku teks dan pada model typodont, yang telah menyajikan fokus utama pendidikan kedokteran gigi secara tradiosional, yang secara relatif tidak biasa pada gigi geligi alami.
Sebagai tambahan, hal tersebut sekarang diakui bahwa oklusi adalah suatu hubungan dinamis yang merefleksikan suatu kesetimbangan antara beragam komponen dari sistem mastikasi. Dengan demikian status fungsional dari oklusi seorang individu adalah lebih signifikan secara klinis daripada morfologinya.
Suatu klasifikasi fisiologis dari oklusi yang diterima secara luas adalah sebagai berikut:
Suatu oklusi fisiologis adalah terdapat ketika tidak ada tanda disfungsi atau penyakit yang ada dan tidak ada perawatan yang diindikasikan.
Suatu oklusi nonfisiologis (atau traumatik) adalah berhubungan dengan disfungsi atau penyakit yang disebabkan oleh injury (luka) jaringan, dan perawatan mungkin dapat diindikasikan. Pada teks ini syarat trauma dari oklusi adalah diterapkan terhadap injury jaringan periodontal yang dihasilkan dari kekuatan oklusal.
Suatu oklusi terapeutik adalah hasil dari intervensi spesifik yang dirancang untuk merawat disfungsi atau penyakit.
Pemelihaaan suatu oklusi fisiologis membutuhkan hubungan fungsi struktur beragam dan adaptasi jaringan yang optimal dalam sistem mastikasi. Sifat anatomis yang berkontribusi terhadap suatu oklusi fisiologis dan yang seharusnya menjadi tujuan dalam oklusi terapeutik termasuk (1) suatu titik akhir yang stabil dari penutupan mandibula, (2) distribusi bilateral dari kekuatan oklusal melalui gigi-gigi posterior, dan (3) beban aksial dari gigi-gigi tersebut. Ketika kekuatan oklusal didistribusikan secara optimal oklusi akan menjadi stabil melalui kriteria objektif dan sepertinya secara subjektif nyaman untuk pasien.
Tanda dan gejala dari suatu oklusi nonfisiologis meliputi kerusakan gigi dan restorasi, mobilitas abnormal, fremitus, pelebaran ligamen periodontal, nyeri, dan perasaan subjektif ketidaknyamanan menggigit. Suatu penekanan pada Bab 29, kriteria yang menjelaskan jika suatu oklusi adalah traumatik adalah ketika hal tersebut menghasilkan injury periodontal, bukan bagaimana gigi-gigi dioklusikan. Secara alternatif, banyak yang disebut maloklusi tidak menghasilkan ketidaknyamanan atau injury dan dengan demikian tidak didefinisikan sebagai “oklusi traumatik”.
Kebiasaan parafungsional seperti bruxism merupakan sumber potensial lain dari trauma oklusi pada pasien yang rentan terhadap periodontitis ketika mereka mengalami peningkatan frekuensi, intensitas, dan durasi dari beban oklusal gigi-gigi. Bruxism didefinisikan sebagai aktivitas parafungsional diurnal atau nocturnal yang meliputi clenching (gigi-gigi rahang atas berkontak dengan rahang bawah), bracing (gigi-gigi rahang atas beroklusi dengan lebih kuat dengan rahang bawah), gnashing (menggertakkan gigi-gigi rahang dengan rahang bawah), dan grinding (gerakan seperti mengasah) gigi-gigi. Meskipun tidak ada hubungan penyebab yang ada antara bruxism dan inflamasi gingiva atau periodontitis, bruxism dapat menyebabkan mobilitas gigi, keausan gigi dan fraktur, dan nyeri periodontal dan otot, dan mungkin dapat berkontribusi pada gangguan sistem mastikasi (lihat Bab 30). Tidak ada bukti signifikan yang mengindikasikan bahwa maloklusi atau gangguan merupakan faktor penyebab dalam bruxism. Serotonin selektif yang diambil kembali mrdikasi inhibitor (SSRI) telah dilaporkan mendorong bruxism. Suatu penerapan stabilisasi maksila atau mandibula adalah secara umum dipertimbangkan pengertian paling efektif dalam memanajemen bruxism.
Bab 29 menyediakan suatu deskripsi detail dari respon periodonsium terhadap kekuatan oklusal dan membahas hubungan trauma dari oklusi terhadap etiologi dan perjalanan penyakit periodontal. Literatur dari topik ini meliputi sejumlah penelitian eksperimental hewan coba dimana tantangan adalah untuk membuat perhitungan relevan secara klinis pada penyakit periodontal manusia. Investigasi manusia telah menyediakan bercampur pesan dan mungkin telah memprovokasi beberapa kontroversi atau membingungkan dan kurangnya consensus pada masa lalu. Suatu varietas dari skema oklusal, meliputi gangguan menyimpang kronis, mungkin dapat diterima secara klinis pada individu muda, yang secara karakterististik mempunyai gangguan kecil, jika apapun, pengalaman penyakit periodontal. Pendekatan berdasarkan bukti memfasilitasi pembuatan keputusan klinis paling beragam ketika populasi diteliti secara dekat seperti status penyakit periodontal dari pasien yang menerima perawatan.
Ketika didefinisikan sebagai suatu faktor resiko terhadap perjalanan periodontitis, trauma dari oklusi mempunyai potensi untuk mengubah keparahan penyakit dan prognosis. Derajat kerentanan terhadap periodontitis adalah spesifik pada pasien, sedangkan trauma oklusal adalah spesifik pada gigi. Sampai saat ini, penelitian klinis manusia tidak dapat memisahkan secara statistik pengalaman gigi-gigi individu yang mengalami periodontitis dan pengaruh apapun dari oklusi. Pada pasien yang mempunyai pengalaman periodontitis moderat sampai severe (parah), Nunn dan Harrell telah mampu mengidentifikasi pengingkatan secara signifikan dari kehilangan perlekatan pada gigi-gigi spesifik dengan diskrepansi oklusal ketika dibandingkan dengan gigi-gigi tanpa diskrepansi oklusal. Bukti mendukung dugaan bahwa terapi oklusal akan mempengaruhi secara positif hasil baik terapi bedah maupun nonbedah pada pasien yang mengalami periodontitis moderat sampai parah. Hal ini bahkan bukti mengindikasikan bahwa “tidak ada intervensi” dengan oklusi traumatik yang mengijinkan periodontitis berkembang menjadi lebih mudah. Model medis dari penelitian klinis yang membandingkan suatu intervensi dengan sebuah plasebo (atau tidak ada intervensi) parallel dua penelitian ini dan memvalidasi aplikasi dari penemuannya menjadi rasional untuk intervensi terapeutik pada seorang pasien yang rentan periodontitis dengan oklusi traumatik. Bagaimanapun juga, prioritas terapeutik adalah untuk mengontrol inflamasi, dan hal ini harus berhasil pada terjadinya pemulihan jaringan periodontal. Ini direkomendasikan secara umum bahwa terapi oklusal dapat ditunda sampai inflamasi dikontrol dan dievaluasi kembali yang berarti bahwa segala mobilitas residual adalah hasil dari beban gigi yang merugikan daripada penurunan pendukungnya.
0 Response to "TRAUMA OKLUSI (TFO) Charanza"
Post a Comment